(khusus untuk kaum muslim) : Ridho Suami adalah Ridho Allah.
Ass.wr.wb.
Kebetulan kemarin ada pengajian dirumah teman...
Lalu topik yang kami bicarakan adalah bagaimana hukumnya wanita yang ditinggal suaminya bepergian.
Saya bukan pakar agama, jauh dari itu, tapi saya sebagai seorang istri, ingin juga tau apa saja kira2 batasan2 seorang istri dalam hukum Islam.
Ada kisah ketika jaman Nabi, ada seorang istri yang akan ditinggal oleh suaminya diberi pesan bahwa : jangan sesekali keluar rumah ketika saya tak dirumah.
Dan amanah suami itu bener2 dipenuhi oleh sang istri bahkan ketika ayah sang istri itu wafat, tetep sang istri tidak menjenguk keluarganya karena tetep memegang amanah suami.
Sebegitu keras emang hukum islam dalam memelihara para istri, dimana berlaku : ridho suami adalah ridho Allah.
Dan perginya istri keluar rumah harus seijin suami.
Tanpa ijin suami , maka murkalah Allah.
Jadi jangan sesekali kita meninggalkan rumah tanpa ijin suami, karena sepanjang jalan yang kita tempuh adalah perjalanan yang tanpa ridho Allah.
Hukum yang keras juga berlaku bagi para wanita yang sedang ditinggal oleh suaminya untuk mencari nafkah ditempat yang jauh.
Ada firman yang mengatakan, wanita yang bisa menjaga "marwah"nya adalah syurga ganjarannya.
Dan wanita yang selama ditinggal oleh suaminya kemudian berlaku curang maka nerakalah ganjarannya.
Emang kalau difikir betapa nistanya seorang wanita yang hidupnya dinafkahi oleh sang suami kemudian ketika suaminya pergi ke kantor sang istri dating dengan lelaki lain terlebih suami orang.
Pertama dalam hukum Islam sang istri sudah melakukan dosa karena menjalin hubungan dengan laki2 yang bukan muhrimnya.
Yang kedua adalah dosa karena menjalin hubungan dengan seorang laki2 yang adalah suami orang lain, yang mungkin istri dan anaknya menunggu dirumah kedatangan si ayah. Tidakkah terfikir betapa malangnya nasib istrinya karena ulahnya ?
Yang ketiga : memasukkan lelaki yang bukan muhrim kedalam rumah.
Dan pasti Allah murka karena sang istri sudah melanggar hukum Allah.
Dari cerita diatas itu saya jadi inget jaman kami tinggal di Bontang. Dimana kadang dirumah hanya saya dan Bamby sedang pembantu gak ada yang nginap dirumah.
Kalau ada family datang, terutama dari pihak suami, saya sangat gak berkenan mereka menginap dirumah, okehlah mereka sodara suami tapi tetep bukan muhrim saya, dan ketika mereka dirumah suami gak ada...
Bisa2 saya terkena hukuman : memasukkan lelaki yang bukan muhrimnya kedalam rumah, gawat banget kan ?

Bahkan dalam situasi "gawat"pun kalau suami gak kasih ijin, gak bakal saya pergi nekad, takut Allah gak ridho dengan perjalanan saya, lalu saya kena tulahnya.
Apalagi kalau perginya hanya buat seneng2 , kopdaran/ketemuan teman2...
Pernah ketika saya pulang ke Indo untuk reunian dengan teman2 smp saya, saat itu entah kenapa sangat didukung oleh suami, dan ridho banget saya pergi maka saya juga santai banget bisa ketemuan teman2 smp saya di bandung.
Sebetulnya saat itu bila suami gak ridho bisa masuk akal juga karena beneran ketemuan dengan lawan jenis yang bukan muhrim.
Kalau pihak suami gak setuju, meski itu namanya reuni tetep ajah saya gak bisa pergi..
Apalagi kalau ternyata temen2 laki2 yang ada direuni ternyata istrinya gak redho buat ketemuan , tetep ajah reunian tsb tidak diridhoi oleh Allah...
Meski judule : walah temen smp masa seh ada apa2, kan cuman temen semasa kecil... *walau mungkiiin ajah ada juga yah ? heheheh*
Tapi tetep ajah namanya bukan muhrim saling bertemu dan gak ada ridho suami, bakalan jadi Haram hukumnya.
Sayang banget kan kalau ajang reuni yang harusnya ajang silaturahmi jadi haram hukumnya hanya karena gak ada ridho dari suami.
Bagaimana dengan ridho istri yang juga gak berkenan dengan hadirnya suami direuni ? *mungkin takut cinta lama bersemi kembali kaleee

Nah ini yang saya masih bingung, adakah dalam Islam yang mengatur hal ini ?
Kalau ada yang tau , mohon saya diberi pencerahan....
Karena agak jarang saya baca bagaimana sebaliknya hukumnya.
Wassalam.
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home